Panduan Mengeruk Keuntungan dari Bisnis Pengolahan Sampah
SAMPAH DAN PENGELOLAANNYA
Sampah merupakan konsekuensi dari adanya aktivitas manusia yang begitu kompleks. Setiap aktivitas manusia pasti menghasilkan sampah. Jumlah atau volume sampah sebanding dengan tingkat konsumsi terhadap barang yang kita gunakan sehari-hari. Oleh karena itu, pengelolaan sampah tidak bisa terlepas dari pengelolaan gaya hidup masyarakat
Masalah yang sering muncul dalam pengelolaan sampah adalah biaya operasional yang tinggi dan semakin sulitnya menemukan tempat untuk pembuangan akhir sampah akibatnya, kebanyakan kota-kota di Indonesia hanya mampu mengumpulkan dan membuang 60 % sampah dari seluruh produksi sumpahnya. Dari 60 % ini, sebagian besar ditangani dan dibuang dengan cara yang tidak saniter, boros, dan mencemari lingkungan. Untuk mendapatkan tingkat efektivitas dan efisiensi tinggi dalam pengelolaan sampah di kota. Metode yang tepat dalam pengelolaan sampah di kota, metode yang tepat dalam pengelolaan sampah menjadi faktor yang sangat krusial. Metode tersebut harus ramah lingkungan, terpadu, serta bermanfaat untuk masyarakat, baik secara ekonomi maupun sosial.
Secara umum pengelolaan sampah dilakukan melalui tiga tahap kegiatan, yaitu : pengumpulan, pengangkutan, dan pembuangan akhir / pengolahan. Pada tahap pembuangan akhir / pengelolaan, sampah akan mengalami pemerosesan, baik secara fisik, kimiawi, maupun biologis.
Ada dua proses pembuangan pembuangan akhir, yaitu open dumping (penimbunan secara terbuka) dan sanitary landfill (pembuangan secara sehat). Pada sistem open dumping, sampah ditimbun secara bergantian dengan tanah sebagai lapisan penutupnya.
Alternatif Pengelolaan Sampah
Sampah yang dibuang harus dipilih sehingga tiap bagian dapat didaur ulang secara optimal. Hal ini jauh lebih baik dibandingkan membuangnya ke sistem pembuangan sampah yang tercemar. Pembuangan sampah yang tercampur dapat merusak dan mengurangi nilai material yang mungkin masih bisa dimanfaatkan dari sampah-sampah tersebut.
Berikut adalah prinsip-prinsip yang bisa diterapkan dalam pengolahan sampah. Prinsip-prinsip ini dikenal dengan nama 4R, yaitu :
- Reduce (mengurangi) :
Sebisa mungkin meminimalisasi barang atau material yang kita pergunakan. Semakin banyak kita menggunakan barang atau material, semakin banyak sampah yang dihasilkan.
- Reuse (Menggunakan kembali)
Sebisa mungkin Pilihlah barang-barang yang bisa dipakai kembali. Hindari pemakaian barang-barang yang disposable (sekali pakai, buang). Hal ini dapat memperpanjang waktu pemakaian barang sebelum barang menjadi sampah.
- Recycle (mendaur ulang) :
Sebisa mungkin, barang-barang yang sudah tidak berguna di daur ulang lagi. Tidak semua barang bisa didaur ulang, tetapi saat ini sudah banyak industri informal dan rumah tangga yang memanfaatkan sampah menjadi barang lain.
- Replace (Mengganti) :
Teliti barang yang kita pakai sehari-hari. Gantilah barang-barang yang hanya bisa dipakai sekali dengan barang yang lebih tahan lama dan hanya memakai barang-barang yang lebih ramah lingkungan.
Dari Keempat prinsip pengolahan sampah, kita akan membahas prinsip daur ulang (recycle) dan memanfaatkan kembali material sampah untuk tujuan yang bermanfaat. Melalui prinsip recycle, kita tidak hanya membantu mengurangi volume sampah, tetapi juga menciptakan sebuah alternatif usaha baru.
Dalam mengelola usaha daur ulang, kita bisa hanya melakukan satu dari kegiatan-kegiatan berikut ini : pemilahan, pengumpulan, pemrosesan, pendistribusian, dan pembuangan produk/ material bekas pakai, atau jika usaha daur ulang berkembang dengan pesat, kita bisa melakukan semua kegiatan itu secara bersamaan.
BAB II
USAHA PENGEPULAN SAMPAH DAUR ULANG
Mungkin tidak semua orang mengetahui dari mana industri-industri besar mendapatkan bahan baku, khususnya untuk bahan baku dari daur ulang sampah. Salah satu yang memasok bahan baku tersebut adalah pengepul atau pengumpul segala bentuk sampah.
Biasanya, para pengepul melakukan spesialisasi untuk membeli bahan daur ulang sampah, misalnya hanya menjadi pengepul sampah kertas, sampah plastik, botol, atau kayu. Tetapi ada juga yang membeli semua jenis sampah dan mengeluarkannya ke beberapa pabrik. Omset pengepulan ini cukup besar, yaitu Rp. 25.000.000,- s/d Rp. 30.000.000,- sehingga kita mengenal adanya bandar plastik, bandar kertas, bandar botol, atau bandar rongsokan/ besi.
Pada pengepul tidak perlu susah-susah mencari kantor atau gedung yang akan dibongkar karena biasanya bongkaranlah yang mencari dan menawarkan sampah pada mereka.
- A. Pengepulan Sampah
Usaha pengepulan sampah tidak membutuhkan tempat yang representative. Kita bisa memanfaatkan lahan kosong di lingkungan sekitar rumah atau menyewa tanah yang cukup luas untuk menampung berton-ton sampah dari para pemulung atau sampah dari bongkaran rumah dan gedung.
Tahap-tahap yang dilakukan dalam proses pengepulan sampah adalah :
- Sampah yang telah terkumpul dipisahkan satu per satu sesuai dengan kategorinya.
- Sampah yang telah dikelompokkan berdasarkan kategori kemudian dibersihkan, proses pembersihan bisa dilakukan dengan menggunakan air, sabun, deterjen, atau sekadar dibersihkan dengan lap untuk menghilangkan bakteri atau zat-zat lain dari sampah-sampah.
- B. Pengelolaan Usaha Pengepulan Sampah
B.1. Modal
Modal untuk membuka usaha pengepulan sampah tidaklah mahal. Modal digunakan untuk membeli timbangan, alat press, sewa lahan, dan pembelian bahan baku. Sebagai modal awal, kita cukup mengeluarkan dana Rp. 5.000.000,-. Namun jika kita ingin mengembangkan usaha pengepulan menjadi lebih besar, modalnya pun bisa meningkat sampai kisaran Rp. 15.000.000,- s/d Rp. 30.000.000,-
B.2. Pembiayaan
Modal yang kita keluarkan dipergunakan untuk keperluan membangun gudang, pembelian kendaraan, alat press dan timbangan. Sedangkan biaya operasional yang dikeluarkan meliputi gaji pegawai, ongkos angkut, biaya listrik, Telepon dan sewa lahan. Jumlahnya mencapai Rp. 100.000 s/d Rp. 250.000,- per hari. Dengan modal dan pembiayaan seperti yang dijelaskan sebelumnya, sampah hasil pengepulan bisa mencapai 100 kg s/d 6000 kg per hari.
Yang dimaksud dengan biaya angkut adalah jumlah dana yang harus kita keluarkan untuk membeli bahan bakar kendaraan dan biaya angkut lainnya, seperti biaya tol dan biaya tukang angkut.
B.3. Tenaga Kerja
Dalam menjalankan usaha pengepulan, dibutuhkan minimal 4-6 pekerja. Pekerjaan mereka adalah memilih sampah sesuai dengan kategori dan membersihkannya. Para pekerja tersebut dapat kita bayar dengan sistem upah harian; upah untuk satu orang pekerja ± Rp. 20.000,- per hari.
B.4. Penyaluran / Distribusi
Sampah hasil pengepulan dapat disalurkan ke pabrik-pabrik, seperti pabrik kertas, minuman, maupun peleburan besi. Khusus untuk sampah kertas dan plastik, kita juga bisa menyalurkannya ke usaha daur ulang. Dalam hal ini, para pengepul berfungsi sebagai agen atau pemasok bagi usaha daur ulang tersebut. Biasanya, para pengepul mendistribusikan langsung sampah yang mereka kumpulkan tanpa bantuan agen atau pihak ketiga.
Dilihat dari segi ekonomi, usaha pengepulan sampah ini memiliki peluang yang sangat besar, omsetnya bisa mencapai Rp. 300.000.000,- per tahun.
Lalu, bagaimana dengan respon masyarakat sekitar ? kita tidak perlu khawatir bahwa usaha daur ulang sampah kita dapat mengganggu dan menimbulkan pencemaran pada masyarakat sekitar karena sampah yang kita tampung adalah sampah anorganik, seperti kertas, koran, majalah, kardus, besi, kaleng, dan botol yang tidak menimbulkan bau tak sedap.
BAB III
USAHA DAUR ULANG SAMPAH PLASTIK
Secara garis besar plastik dapat digolongkan menjadi 2 kelompok besar, yakni plastik yang bersifat thermoplastik dan bersifat thermoset. Plastik yang umum digunakan dalam kehidupan sehari-hari adalah dalam bentuk thermoplastik.
Tiga jenis sampah plastik yang populer dan laku di pasaran, yaitu :
- Polietilena (PE) : bahan plastik yang tahan air, asam, alkali, dan hampir semua jenis cairan.
- High density polyesthylena (NDPE) : plastik jenis ini juga resisten terhadap berbagai zat cair.
- Polipropilenia (Peraturan Pemerintah) : produk-produk yang terbuat dari fiber glass.
Empat Persyaratan agar sampah plastik dapat diproses oleh sebuah industri, antara lain :
- Sampah plastik harus dalam bentuk tertentu, sesuai kebutuhan (biji, pellet, serbuk, Pecahan).
- Harus homogen, artinya, sampah plastik tersebut sudah dikelompok-kelompokkan dan tidak lagi tercampur dengan jenis sampah lain.
- Tidak terkontaminasi oleh zat-zat kimia yang dapat menurunkan kualitas produk yang dihasilkan.
- Diupayakan tidak teroksidasi, artinya, sampah plastik tersebut masih dalam keadaan layak produksi dan tidak mengandung zat-zat kimia berbahaya.
- A. Pengolahan Sampah Plastik Menjadi Biji Plastik
Sebelum membahas proses daur ulang plastik secara lebih mendalam, akan lebih baik jika kita mengetahui tahapan-tahapan pendaur ulangan sampah plastik menjadi biji plastik/ bahan baku setengah jadi, yaitu :
- Pemisahan : Sampah plastik harus dipisahkan dari material sampah lainnya.
- Pemotongan : Sampah plastik yang susdah dipisahkan kemudian dipotong-potong. Jika akan diolah menjadi biji plastik, sampah plastik ini harus dipotong kecil-kecil untuk mempermudah proses pengolahannya.
- Pencucian : Sampah plastik yang sudah menjadi potongen-potongan ini harus dicuci untuk membersihkannya dari zat-zat tertentu yang tidak dibutuhkan atau dapat mengganggu proses pengolahan.
- Penggilingan : Setelah dicuci, sampah plastik kemudian digiling agar menjadi biji plastik. Tanda bahwa biji plastik yang dihasilkan melalui penggilingan memiliki kualitas bagus adalah dari mengapung tidaknya biji plastik tersebut di atas air.
- Biji plastik yang telah diolah inilah yang akan dikirim ke pabrik pengolahan produk-produk daur ulang.
- B. Pengelolaan Usaha Daur Ulang Sampah Plastik Menjadi Bahan Baku Setengah Jadi (Biji Plastik)
B.1. Modal
Modal yang dibutuhkan untuk mendirikan usaha daur ulang sampah plastik sangat bervariasi, yaitu antara Rp. 5.000.000,- s/d Rp. 10.000.000,-. Modal awal tersebut digunakan untuk membeli mesin cetak, sampah plastik (bahan baku 2 kwinton dan sewa tempat usaha).
B.2. Pembiayaan
Dengan modal Rp. 2.000.000,- s/d Rp. 5.000.000,- kita bisa menyewa tempat yang cukup representative untuk tempat usaha. Sisa modal usaha, digunakan untuk membeli sampah plastik dari pemulung dan untuk upah pekerja. Sementara dengan modal Rp. 15.000.000,- s/d 25.000.000,- ditangan, kita bisa membayar upah lebih banyak pekerja dan membeli lebih banyak sampah plastik dari pemulung.
Modal besar akan mempermudah kita untuk mengembangkan usaha, bukan hanya sebagai pengepul atau pemasok biji plastik, tetapi juga sebagai produsen barang-barang hasil daur ulang sampah plastik.
Jika kita bisa mengoptimalkan usaha pengolahan sampah plastik hingga mencapai minimal 10 tahun biji plastik per bulan dengan harga Rp. 5000 per kilo geram maka omset yang akan kita peroleh bisa mencapai Rp. 50.000.000,-. Dari omset tersebut, kita akan mendapatkan keuntungan bersih sebesar Rp. 42.000.000,-. Dengan keuntungan per bulan mencapai angka puluhan juta, dalam satu bulan kita sudah bisa balik modal.
B.3. Tenaga Kerja
Pengolahan sampah plastik menjadi biji plastik tidak memerlukan banyak tenaga kerja, 4-5 orang pekerja sudah lebih dari cukup. Para pekerja bertugas untuk menyortir sampah plastik, membersihkan, menggiling, dan mencetaknya dengan mesin cetak. Agar usaha pengolahan biji plastik kita berjalan lancer, kita h arus tetap menjaga hubungan baik dengan para pemulung yang merupakan pemasok utama bahan baku usaha kita. Semakin banyak pemulung yang menjual sampah plastiknya kepada kita, semakin baik usaha pengolahan biji plastik yang kita dirikan. Apalagi usaha pengolahan sampah plastik membutuhkan jenis sampah plastik tertentu yang harus dipilih dari ribuan ton sampah.
- C. Tip dan Trik
Berikut ini adalah beberapa tip dan trik yang bisa kita praktikan agar usaha daur ulang sampah plastik kita dapat terus berkembang dan menjadi semakin besar.
- Pastikan modal cukup, baik untuk investasi awal maupun modal kerja.
- Kita harus memperhatikan standar sampah plastik yang akan didaur ulang, sampah tersebut haruslah tidak terkontaminasi dan teroksidasi zat lain.
- Menjalin hubungan dengan industri yang bergerak dalam usaha daur ulang sampah.
- Kita harus bisa melihat peluang pasar yang ada. Dan itu berkaitan dengan kebutuhan industri besar terhadap bahan baku daur ulang plastik.
- Kita juga harus memperhatikan standar harga; ketika menjual produk, apalagi untuk kebutuhan industri, harga harus disesuaikan.
- Terakhir, optimis, Disiplin, dan kerja keras tentunya.
BAB IV
USAHA DAUR ULANG KERTAS
Usaha ini memiliki biaya produksi yang rendah karena bahan bakunya adalah sampah. Bahan baku ini bahkan bisa didapatkan tanpa harus membeli.
Selain mempunyai nilai ekonomis, usaha daur ulang kertas ternyata memiliki efek positif terhadap warga di sekitar tempat usaha. Warga menjadi lebih sadar untuk menjaga kebersihan dan memilih barang-barang yang masih bisa didaur ulang. Selama ini mereka membuang kertas begitu saja, tanpa pernah berpikir bahwa kertas tersebut dapat didaur ulang dan mempunyai nilai ekonomis.
Dilihat dari segi ekonomi, membuka usaha daur ulang kertas memiliki potensi yang cukup besar banyak sekali kreasi yang bisa dibuat dari kertas yang sudah dijadikan bubur kertas (Untuk modal usaha pun tidak membutuhkan modal yang banyak karena selain bahan baku yang melimpah, proses produksinyapun dapat dilakukan di rumah.
B. Pengelolaan Usaha Kertas Daur Ulang
B.1. Modal
Modal yang harus dikeluarkan untuk mendirikan usaha kertas daur ulang sangat tergantung pada besar-kecilnya skala usaha. Untuk usaha kertas daur ulang rumahan, modal sebesar Rp. 1.500.000 – Rp. 2.000.000 sudah cukup untuk memulai proses produksi. Dana sebesar itu digunakan untuk membeli peralatan dan bahan baku. Namun, jika kita ingin menjadikan kertas daur ulang sebagai tumpuan usaha dan serius ingin mengembangkannya, maka modal yang dibutuhkan akan bertambah antara Rp. 10.000.000 – Rp. 20.000.000. Pengeluaran paling besar dialokasikan untuk pembelian bahan baku dan mesin.
B.2. Pembiayaan
Biaya paling besar yang harus dikeluarkan adalah untuk sewa tempat usaha. Kita bisa menekan biaya dengn memakai tempat sendiri sehingga biaya sewa bisa dialihkan untuk menambah modal pembelian bahan baku, peralatan, atau perlengkapan usaha.
B.3. Tenaga Kerja
Dengan memperkerjakan 5-6 orang, usaha bisa menghasilkan 200 lembar kertas daur ulang ukuran A4, A3, atau A2 per hari. Namun, jika ingin meningkatkan jumlah produksi, kita harus mempekerjakan lebih banyak lagi orang. Penambahan jumlah pekerja memang akan menambah beban pada biaya rutin bulanan, tetapi hal itu dapat tertutupi oleh peningkatan omset yang kita dapatkan. Dengan bertambahnya jumlah produk yang dihasilkan, kita bisa memperoleh omzet antara Rp. 150.000.000 – Rp. 200.000.000 per bulan; jumlah uang yang tentunya tidak sedikit dan tidak sebanding dengan uang yang digunakan untuk membayar banyak pekerja.
B.4. Penyaluran / Distribusi
Setelah proses pembuatan, kita dapat menjual kertas daur ulang dan produk kerajinan yang terbuat dari kertas daur ulang ke berbagai toko alat tulis dn suvenir atau supermarket-supermarket. Atau, jika memiliki workshop sendiri, kita bisa menjual produk-produk kertas daur ulang di sana. Kita juga bisa menitipkan produk-produk kita ke toko-toko dengan sistem pembayaran bagi hasil.
C. Tip dan Trik
Usaha kertas daur ulang adalah usaha yang membutuhkan kreativitas. Berikut ini adalah beberapa tip dan trik yang bisa kita gunakan dalam rangka mengembangkan usaha kita :
- Harus pandai melihat peluang pasar, bagaimana membuat produk yang disukai oleh masyarakat; bukan selera produsen yang harus disukai masyarakat.
- Agar usaha awal kita memiliki biaya awal murah, lebih baik mencoba dengan membeli dari sekitar rumah dulu, manfaatkan faktor tetangga dengan membeli koran bekas dengan harga murah atau jika di sekitar rumah kita terdapat perkantoran atau universitas, cobalah ajukan pembelian kertas bekas tersebut.
- Pisahkan antara kertas koran dengan sampah kertas dari perkantoran dikhawatirkan jenis kertas akan bercampur dengan tinta dari koran. Campurkan kertas koran dengan sampah kertas kantor setelah proses pencucian.
- Tutup wadah penyimpanan bubur kertas, jangan dibiarkan terbuka. Wadah yang terbuka akan mempercepat proses penjemuran dan pembusukan.
- Coba kreasikan kertas daur ulang kita sebagai hiasan rumah yang dapat digunakan dengan bahan campuran lainnya, contohnya pot bunga dan bingkai foto.
- Menjalin kerjasama dengan agen perjalanan wisata sehingga produk mudah dikenali.
- Mengkreasikan bentuk kertas daur ulang dengan mencontoh benda-benda di sekitar kita, semacam membuat maket tapi dengan bahan kertas daur ulang.
- Menyakinkan kepada pembeli bahwa produk yang akan kita jual memiliki kualitas yang cukup baik.
BAB V
USAHA DAUR ULANG ALUMINIUM FOIL
Banyak produk makanan yang dibungkus dengan aluminium foil seperti minuman, teh dalam kemasan kotak, kripik kentang, pasta gigi, dan sebagainya. Hanya sebagian kecil dari aluminium foil yang dimanfaatkan kembali menjadi barang-barang bermanfaat, seperti tas, dompet, tandok (tas khas Tapanuli), dan tikar. Pemanfaatan ulang produk ini juga bermanfaat untuk mengurangi jumlah sampah berbahan aluminium foil yang menurut penelitian baru akan selesai diurai secara alami dalam 180 tahun.
A. Pengolahan Sampah Aluminium Foil
A.1. Bahan Baku
Pembelian bahan baku produksi untuk usaha ini tidak pernah menemukan kata sulit karena penggunaan aluminium foil sebagai media pembungkus sudah menjadi standart internasional. Hal inilah yang menjadikan banyak produk konsumsi seperti minuman, makanan, dan pasta gigi menggunakan aluminium foil sebagai pembungkus produk mereka. Bahan baku bisa didapatkan melalui kerja sama dengan pemulung. Harga yang biasanya dikenakan untuk pembungkus aluminium foil yang sudah dibersihkan sekitar Rp. 3.000,- per kilogram. Solusi lainnya yang mungkin dilakukan adalah bekerja sama dengan perusahaan yang memproduksi aluminium foil dengan harga yang sama dengan bahan baku yang didapatkan dari pemulung.
A.2. Peralatan
Peralatan yang digunakan tidak terlalu banyak sehingga pengeluaran yang digunakan untuk pembelian peralatan dapat diperkecil. Peralatan yang dibutuhkan seperti gunting, lem, dan selotip dapat dibeli di toko kelontong sekitar rumah. Pembelian sebaiknya dilakukan dalam jumlah besar agar harga yang didapatkan akan lebih murah dibandingkan jika membeli dalam satuan barang.
A.3. Tahapan Produksi
- Pertama-tama bersihkan bahan baku dari berbagai kotoran.
- Bahan baku yang sudah bersih kemudian digunting dan diambil lapisan aluminium foilnya.
- Lapisan aluminium foilnya tersebut kemudian dibentuk menjadi lembaran segi empat.
- Lembaran-lembaran aluminiuim foil itu lalu disambung-sambung dengan menggunakan selotip.
- Aluminiium foil yang sudah disambung-sambung selanjutnya dipotong-potong dengan menggunakan mesin pembelah kertas sehingga memiliki lebar 1-2 cm atau tergantung kebutuhan pemotongan panjang potongan-potongan tersebut mencapai 2-3 cm.
- Setelah itu, langsung dilakukan pengayaman sehingga sampah aluminium foil itu menjadi produk setengah jadi.
- Produk setengah jadi ini kemudian diserahkan kepada pengrajin khusus untuk proses akhir.
- Pada proses pengayaman akhir inilah para pengrajin membentuk anyaman-anyaman aluminium foil ini menjadi produk jadi, seperti tas, dompet, tempat pensil, atau sajadah.
B. Pengelolaan Usaha Daur Ulang Aluminium Foil
B.1. Modal
Modal awal yang dibutuhkan untuk mendirikan usaha dapat dikatakan hanya sedikit. Usaha ini dapat dikerjakan di rumah; rumah bisa kita jadikan gudang tempat penyimpanan bahan baku dan tempat pengerjaan.
B.2. Pembiayaan
Dalam sebulan, kita harus menyediakan dana untuk pengeluaran rutin, di antaranya untuk bayar listrik, telepon, dan air, membayar gaji pekerja, serta pembelian bahan baku dan perlengkapan.
B.3. Tenaga Kerja
Tenaga kerja yang dipakai dalam usaha ini juga tidak perlu terlalu banyak. Jika memungkinkan, kita bisa menggunakan tenaga kerja di sekitar rumah untuk membantu usaha ini. Selain bermanfaat dari sisi sosial, hal ini juga bermanfaat untuk mempercepat proses produksi.
Biaya yang dikeluarkan saat menggunakan tenaga kerja dari sekitar umah, misalnya para tetangga, biasanya sekitar Rp. 60.000,- setiap minggunya. Untuk perekrutan tenaga kerja seperti ini, terlebih dahulu kita harus melakukan pelatihan. Hl ini harus dilakukan karena sebagian besar pekerja bukanlah tenaga kerja terampil. Pelatihan menganyam harus dilakukan agar kualitas produk kita tetap terjamin. Namun, jika kita ingin efisiensi waktu, maka pekerja terampil yang sudah ahir menganyam akan lebih baik.
B.4. Penyaluran/Distribusi
Langkah pemasaran dari produk ini cukup mudah. Kita bisa bekerja sama dengan beberapa outlet dengan cara konsinyasi, pembelian tunai, atau kredit. Bila kita memilih sistem konsinyasi atau titip jual, biasanya kita akan melakukan bagi hasil. Cara bagi hasilnya adalah 35% untuk jasa penitipan dan 65% untuk produsen. Pameran juga merupakan wadah yang tepat untuk memasarkan dan mempromosikan produk-produk kita.
C. Tip dan Trik
- Harus terus-menerus berinovasi. Kita harus mampu menciptakan produk-produk baru yang disukai pasar.
- Harus menjalin kerja sama dengan pemasok bahan baku, seperti pemulung dan perusahaan-perusahaan pemasok bahan baku.
- Jangan pernah merasa malu atau takut untuk mempromosikan produk-produk kita.
- Sering-seringlah mengikuti pameran karena melalui pameran produk kita akan dikenal oleh banyak orang.
BAB VI
USAHA DAUR ULANG SAMPAH KAYU
A. Pengolahan Sampah Kayu Menjadi Lampu Hias
A.1. Bahan Baku
Di antaranya : · Sisa-sisa kayu sengon,
- Sampah kayu rami,
- Potongan-potongan tak terpakai dari kayu sungkai,
- Sisa-sisa kayu pinus, dan
- Sampah kayu mahoni (untuk aksentuasi)
A.2. Bahan Baku Pendukung :
- Lem kayu (Rp. 10.000)
- Dempul (Rp. 20.000)
- Cat pernis (Rp. 25.000) dan
- Amplas (Rp. 10.000)
A.3. Peralatan yang diperlukan :
- Gergaji mesin
- Penggaris
- Pensil
- Tatah,
- Alat gambar
- Mesin penghapus kayu
- Meja, dan
- Bor kayu
A.4. Proses Pembuatan :
- Pertama-tama kita harus membuat pola terlebih dahulu. Dengan menggunakan pensil kita gambar bentuk lampu hias yang kita inginkan.
- Potong sampah-sampah kayu sesuai dengan pola yang telah kita gambar.
- Sampah kayu yang telah dibentuk, kemudian dihaluskan permukaannya dengan menggunakan amplas.
- Lalu, agar mengkilat, kerangka lampu hias yang sudah setengah jadi tersebut harus dipernis
B. Pengelolaan Usaha Lampu Hias dari Sampah Kayu
B.1. Modal
Untuk mendirikan usaha daur ulang sampah kayu, setidaknya kita harus memiliki dana Rp. 20.000.000,-. Dana tersebut dialokasikan untuk membeli peralatan dan perlengkapan, sewa tempat, dan membeli sampah kayu sebagai bahan baku.
B.2. Tenaga Kerja
Usaha daur ulang kayu membutuhkan tenaga kerja yang cukup banyak. Para pekera haruslah pekerja yang terampil. Untuk memudahkan proses produksi, tiap pekerja harus bekerja berdasarkan pos-pos yang ditetapkan, misalnya beberapa orang bekerja membuat pola, memotong kayu, mengecat, dan mengamplas. Para pekerja ini diberi upah per bulan dengan rata-rata upah Rp. 650.000 – Rp. 750.000.
B.3. Penyaluran / Distribusi
Lampu-lampu hias hasil daur ulang kayu, tidak hanya bisa dipasarkannya di dalam negeri, tetapi juga sampai ke luar negeri. Semakin unik produk yang kita produksi, akan semakin besar kesempatan kita untuk memasarkannya ke luar negeri. Penetapan harga lampu bukan terletak pada ukuran lampu, melainkan pada penggunaan bahan baku dan model.
Untuk mendongkrak omzet penjualan, kita bisa melakukan promosi, salah satunya melalui pameran atau meminjamkan untuk properti.
C. Pengelolaan Usaha Daur Ulang Palet
C.1. Modal
Modal untuk mendirikan usaha daur ulang palet tidaklah banyak, cukup mengeluarkan dana ± Rp. 15.000.000,-.
C.2. Pembiayaan
Selain modal awal, kita juga harus mengeluarkan biaya rutin bulanan yang meliputi : sewa tempat, uang insentif, biaya listrik, air dan telepon dan sebagainya.
C.3. Tenaga Kerja
Produksi daur ulang palet kita tentu akan berjalan dengan lebih cepat jika dikeluarkan oleh beberapa orang. Perekrutan tenaga kerja sebaiknya diperhitungkan dengan baik sehingga dalam keadaan sulit sekalipun kita masih bisa membayar upah tenaga kerja.
Perhitungan upah pekerja bisa dilakukan dengan dua cara, yaitu sistem bagi hasil atau gaji. Sistem bagi hasil akan sangat menguntungkan saat usaha sedang mengalami masa sulit. Manfaat lain dari sistem ini adalah dapat menumbuhkan perasaan memiliki pekerja terhadap usaha karena berkembang atau tidaknya usaha ini juga ada di tangan mereka.
Sementara itu, sistem gaji bisa digunakan jika kita tidak ingin dipusingkan dengan perhitungan saat setiap produk yang terjual. Keuntungan lain dari sistem gaji adalah kita bisa memperhitungkan bayaran upah yang tetap setiap bulannya.
C.4. Penyaluran / Distribusi
Produk-produk furnitur dari sampah palet sudah memiliki pasar sendiri di Indonesia. Kita bisa memasarkannya di tempat atau di pameran-pameran UKM.
Selain itu, furnitur dari palet juga bisa dipasarkan melalui sistem pesanan. Selain itu, promosi yang gencar juga akan sangat menentukan laku tidaknya produk kita di pasaran. Promosi tersebut bisa dilakukan dengan cara ketok ular, yaitu pelanggan yang puas dengan produk yang dipesannya secara otomatis akan merekomendasikan produk kepada rekan-rekannya yang lain. Alternatif pemasaran yang lain adalah melalui jalur kemitraan. Kita bisa bekerja sama dengan beberapa perusahaan atau hotel untuk menggunakan furnitur palet buatan kita.
D. Tip dan Trik
Agar usaha daur ulang sampah kayu yang kita dirikan semakin maju dan berkembang, ada baiknya jika kita mengikuti tip dan trik sebagai berikut :
- Kita perlu berinovasi dan berkreasi untuk menghasilkan produk yang unik, menarik, dan disukai konsumen.
- Kita harus up to date terhadap kreasi baru yang sedang diminati pasar.
- Manfaatkan teknologi sebagai media berpromosi.
- Target produksi harus disesuaikan dengan permintaan pasar.
- Sering mengikuti pameran yang juga bisa dijadikan ajang berpromosi.
- Harus menyakinkan pembeli bahwa produk yang dihasilkan memiliki kualitas yang cukup baik.
Sumber :
Karangan : Gugun Gunawan
Penerbit : TransMedia
Cetakan : 2007
ISBN : 979-799-025-0